Kamis, 18 Maret 2010

Ekonomi Politik Media

PROGRAM REALITY SHOW MENJADI AJANG

KOMODIFIKASI MEDIA

Berbagai macam stasiun televisi yang dibentuk oleh suatu instansi yang besar, tidak hanya menampilkan program-program yang dapat memberikan informasi, inpirasi, maupun hiburan semata. Dibalik semuanya proses komodifikasi berjalan dengan pesatnya. Dengan memberikan program-program yang menarik media secara tidak tidak kelihatan mentransformasikan program-program kepada konsumen dan menjadikan program tersebut sebagai nilai tukar atau nilai melalui isi media yang merupakan barang dagangan atau komoditas ( Mikro ). Dalam penulisan ini akan di bahas tentang Program acara televisi yaitu ”Reality Show”, dimana program itu akan di analisis di dalam level Mikro.

KOMODIFIKASI / ANALISIS MIKRO PROGRAM REALITY SHOW

Program televisi Reality Show merupakan acara yang sangat terkenal di hampir semua televisi swasta di Indonesia. Stasiun televisi di Indonesia menawarkan berbagai macam Reality Show yang berbeda-beda, misalnya RCTI : Bedah Rumah, Minta Tolong, SCTV : Tukar Nasib, Miss Celebrity, Cari Jodoh, INDOSIAR : Take Me/Him Out, Mamamia, TransTV : Termehek-mehek, Orang Ketiga, Realigi, Missing Lyric, Ceriwis, Online. Dan masih banyak reality show lain yang dikemas oleh pertelevisian Indonesia. Selain menawarkan kemasan baru dalam industri tayangan televisi Indonesia, reality show juga memberikan kesan “apa adanya atau hanya “dibuat-buat”. Salah satu faktor keberhasilan pencapaian rating reality show adalah karena tayangan ini memiliki segmentasi pasar dari kalangan remaja, dimana pada waktu tersebut remaja merupakan salah satu penikmat televisi yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Berdasarkan karakteristiknya, disebutkan bahwa tayangan reality show tidak pernah lepas dari ketiga hal yang saling berkaitan satu sama lain yakni monolog, emosi dan autentifikasi.

Format monolog adalah cara yang tepat dan paling mudah untuk menyampaikan atau menyatakan suatu kejujuran dari pesertanya sehingga pada akhirnya acara reality show terkesan sebagai acara yang di angkat dari realitas yang sesungguhnya. Format ini mempunyai cara bagaimana seseorang berbicara didepan kamera, menempatkan orang yang biasa dapat menjadikan seorang bintang. Diperlihatkan ke emosionalitasnya maupun subyektifitas yang keluar dari kontestan reality show tersebut di depan kamera. Sampai pada tahapan ini, kemasan monolog merupakan salah satu cara bagaimana tayangan reality show memberikan penekanan khusus pada penciptaan situasi yang emosional yang kemudian dijadikan komoditas supaya tayangan tersebut menjadi lebih menarik untuk ditonton. Reality show juga menyajikan format drama lewat komodifikasinya terhadap jalan cerita yang dirangkai sedemikian rupa sehingga memiliki sisi – sisi dramatis, dimulai dari prolog hingga ending yang kerap diciptakan sedemikian rupa menyerupai sebuah tayangan drama yang berakhir bahagia.

Namun, tidak semuanya juga tayangan reality show ini hanya dimainkan oleh kalangan selebritis. Adakalanya hadir secara bersamaan antara orang biasa dan selebritis, interaksi keduanya merupakan ide utama yang diangkat dalam reality show.

Salah satu program reality show yang saat ini menarik perhatian khayalak yaitu Program acara reality show Termehek-mehek yang di tayangakan di TransTV. Terhehek-Mehek adalah salah satu program yang dianggap paling disukai oleh pemirsa. Jam tayangnya yang prime time yaitu 18.15-19.00 WIB hingga back song-nya yang keren dan syahdu, membuat acara ini makin diminati. Namun, acara reality show ini merupakan rekayasa belaka. Acara ini muncul sekitar Mei 2008 dan langsung menarik perhatian mayoritas pemirsa TV. Ide acara adalah membantu mencari seseorang yang lama hilang. Jalinan ceritanya begitu mempesona karena dibuat seakan-akan nyata dan terjadi dengan sebenarnya. Helmi Yahya sebagai yang punya ide cerita mengakui bahwa ia memanfaatkan karakter orang Indonesia yang suka diberi mimpi.

Para pemeran di tiap episode sengaja diambil dari masyarakat umum terutama mahasiswa agar terkesan alami karena wajahnya belum pernah muncul di TV sebelumnya. Seorang mahasiswa yang menjadi kontestan acara tersebut dengan tidak di sengaja mengakui kepada teman-temannya bahwa itu semua hanya rekayasa, dan dia malu apabila masalah pribadinya di ketahui seluruh Indonesia kalau itu memang benar-benar terjadi. Perilaku yang di alami oleh orang-orang yang terlibat didalamnya termasuk host-nya hanyalah akting yang ingin meyakinkan pemirsa. Hal ini tidak bisa dihindari karena tuntutan deadline. Ketika tidak ada satu kisah nyata yang bisa diangkat ke layar TV, maka solusinya adalah membuat skenario dan membayar pemain amatiran agar terkesan alami. Secara naluri manusia, orang pasti tidak akan rela apabila aib atau masalah yang sangat pribadi di publikasikan kepada khayalak.

Mengapa hal ini terjadi? apakah faktor komodifikasi atau Mikro terlibat didalam program reality show?

Jika dipandang dari segi industri hiburan, reality show tentu saja merupakan produk media yang dimaksudkan untuk mendatangkan keuntungan dalam hal ini kerap kali diistilahkan sebagai rating, maka tidak heran jika reality show didefinisikan sebagai program acara yang cirinya dibintangi oleh orang – orang yang bukan aktor dan aktris, meskipun demikian tayangan ini tidak lepas dari skenario yang ditulis oleh produser. Campur tangan produser dalam tayangan ini terutama dimaksudkan supaya tayangan tersebut dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga bisa memiliki daya jual dalam konteks industri hiburan yang pada akhirnya tentu saja dimaksudkan untuk menarik keuntungan sebesar – besarnya. Program ini memiliki daya tarik yang besar dan memiliki pasar yang luar biasa sehingga banyak sekali diminati oleh pemirsanya.

Segmentasi pasar bagi program ini adalah sebagian besar anak-anak muda atau remaja. Selain alasan diatas, tayangan reality show juga memiliki daya tarik utama yakni pada aspek emosionalitas yang selalu dihadirkan dalam berbagai format acara reality show. Acara tersebut seolah berubah menjadi sebuah tayangan melodrama yang penuh dengan air mata, isak tangis dan emosi lainnya yang begitu jelas dieksploitasi. Momen inilah yang justru memiliki nilai jual, tidak sedikit orang yang terbius dan terbawa oleh adegan dramatis. Acara reality show pada dasarnya telah membuka ruang privat menjadi ruang publik yang setiap orang berhak untuk menyaksikannya. Hal ini menandakan bahwa sedikit sekali jurang pemisah antara ruang privat dan ruang publik jika sekarang ternyata ruang privat telah menjadi sebuah budaya tontonan dan menjadi komoditas dalam reality show. Terlihat dari sebagian besar tayangan reality show yang materi acaranya berkisar pada masalah – masalah pribadi dan keluarga.

Tidak semua reality show hanya bekisar pada acara drama yang dramatis, penuh kesedihan, banyak reality show yang memberikan keceriaan, hiburan maupun informasi yang bermanfaat. Namun, semuanya itu tidak terlepas dari yang namanya sistem ekonomi politik Komodifikasi Media, dimana program ini menjadi suatu barang dagangan yang di tukarkan melalui isi media tersebut untuk menarik keuntungan bagi yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar